Allaah SWT mencipta langit, bumi dan seluruh isinya termasuk manusia. Allah juga mewujudkan peraturan demi untuk keselamatan dan Tradisi Allah dalam melaksanakan ketetapan-Nya sebagai Rabb yang terlaksana di alam semesta atau dalam bahasa akademis disebut hukum alam, Sunnah atau ketetapan Allah antara lain :
- Selalu ada dua kondisi saling ekstrem (surga-neraka, benar-salah, baik-buruk)
- Segala sesuatu diciptakan berpasangan (dua entitas atau lebih). Saling cocok maupun saling bertolakan.
- Selalu terjadi pergantian dan perubahan antara dua kondisi yang saling berbeda.
- Perubahan, penciptaan maupun penghancuran selalu melewati proses.
- Alam diciptakan dengan keteraturan.
- Alam diciptakan dalam keadaan seimbang.
- Alam diciptakan terus berkembang.
- Setiap terjadi kerusakan di alam manusia, Allah mengutus seorang utusan untuk memberi peringatan atau memperbaiki kerusakan tersebut.
Allah SWT mencipta langit, bumi dan seluruh isinya termasuk manusia. Allah juga mewujudkan peraturan demi untuk keselamatan dan kesejahteraan mereka bukan saja di dunia, bahkan juga di Akhirat. Peraturan atau syariat Allah yang berlaku di bumi tempat tinggal sementara manusia ini, itulah yang dikatakan sunnatullah. Ia merupakan peraturan dan perjalanan yang Allah Taala telah tetapkan untuk manusia. yang wajib manusia ikut dan patuhi. jika manusia tidak patuhi dan menolak sunnatullah itu, pasti manusia rusak dan binasa. Rusak dan binasa itu pasti terjadi di dunia lagi sama ada dalam jangka masa pendek maupun panjang.
Apabila kita memperkatakan sunnatullah iaitu satu sistem dan peraturan yang ditentukan oleh Allah Taala buat manusia di dunia ini, ia tidak akan berubah dan tidak ada siapa yang boleh merubahnya .
Firman Allah SWT :
Maksudnya: Kerana engkau tidak sekali-kali akan mendapati sebarang perubahan bagi Sunnatullah, engkau tidak sekali-kali akan mendapati sebarang penukaran bagi perjalanan sunnatullah itu. (Fathir: 43)
Perlu diingat bahwa sunnatullah itu terbagi menjadi dua bahagian : (1) Manusia menerimanya secara terpaksa (2) : Manusia menerima secara sukarela.
Firman Allah:
Maksudnya: "Dan kepada Allah jualah sekalian makhluk yang ada di langit dan bumi tunduk menurut, dengan sukarela atau dengan terpaksa." (Ar Ra'd: 15)
1. Secara terpaksa (karhan)
Sunnatullah yang pertama, manusia terpaksa menerimanya secara terpaksa (karhan).
Di antaranya seperti:
– Jika manusia ingin bernafas, Allah sudah tentukan dengan udara bukan dengan air dan lain-lain.
– Bernafas melalui hidung bukan melalui mata dan lain lainnya.
– Makan dan minum melalui mulut bukan melalui dubur dan lain-lain.
– Berjalan menggunakan kaki bukan melalui tangan dan lain-lain.
– Kalau mau memulihkan kesegaran lakukanlah dengan tidur dan atau istirahat, bukan melalui bermain atau lain-lain.
Begitulah keadaannya banyak contoh-contoh lain lagi yang tidak perlu disebutkan di sini.
2. Secara sukarela
Sunnatullah yang kedua ialah Allah Taala membuat peraturan sebagai sunnatullah yang tidak akan diubahi seperti :
– Makan dan minumlah yang halal seperti nasi dan air mineral, jangan makan dan minum yang haram seperti daging babi dan arak.
– Inginkan kaya, berusahalah secara halal seperti berniaga,bertani dan berternak. Jangan mencuri, jangan menipu.
– Jika inginkan keselamatan negara dan masyarakat, gunakan hukum Allah Taala yang berdasarkan AlQuran dan Sunnah.
– Kalau mahu kehidupan di bidang ekonomi berjalan sehat, tidak ada penipuan dan penindasan, tolaklah sistem riba,monopoli dan memperniagakan yang haram.
– Jika mahu kehidupan manusia seimbang agar terjamin kebahagiaan dan keharmonian, bangunkanlah kehidupan yang bersifat material dan juga pembangunan rohaniah.
Kedua sunnatullah itu sama ada yang bersifat terpaksa (karhan) mahupun bersifat sukarela atau pilihan (tau'an) atau ada usaha memilih untuk melaksanakannya, kalau dilanggar atau tidak dipatuhi, pastilah manusia akan binasa di dunia ini sebelum binasa di Akhirat kelak. Sebab-sebab manusia menolak itu mungkin kerana manusia itu mahu buat peraturan sendiri sebab tidak puas hati dengan peraturan Allaah itu. Maka mereka pun membuat sunnah sendiri.
Manusia berpuas hati menerima peraturan itu. manusia mengakui siapa yang melanggar sunnatullah itu, mereka pasti rusak binasa. Ertinya mematuhi peraturan yang bersifat karhan itu, ia sangat menyelamatkan dan menguntungkan manusia. Bagaimanapun, manusia payah mahu menerima sunnatullah yang kedua iaitu yang bersifat sukarela. Termasuklah sebahagian besar umat Islam di dunia, di akhir zaman ini. Allah Taala membenarkan manusia untuk memilih menerima atau menolak sunnatullah yang bersifat tau'an ini tetapi risikonya tetap ada bahkan lebih besar lagi. Sama ada yang akan berlaku di dunia, betapalah yang akan ditimpakan di Akhirat kelak. Umat Islam sendiri merasa malu untuk menerimanya, ragu melaksanakannya, takut tidak maju, takut huru-hara, malu dengan yang bukan Islam. Ia dianggap ketinggalan zaman dan sudah tidak sesuai lagi.
Begitulah umat Islam sendiri dengan penuh angkuh dan sombong menolaknya. Bahkan benci dan prejudis terhadap pejuang-pejuang yang hendak menegakkan sunnatullah. banyak manusia yang menolak, termasuklah sebahagian besar umat Islam, kerana apabila menolak sunnatullah yang kedua ini risikonya lambat. Kebinasaan dan kerusakan tidak terus berlaku di waktu itu. Adakalanya selepas sepuluh tahun, lima belas tahun atau dua puluh tahun. Sehinggakan apabila resiko dan kerusakan menimpa, di waktu itu mereka sudah tidak dapat kaitkan lagi ia dengan perlanggaran dan penolakan sunnatullah yang dilakukan sejak bertahun-tahun yang lalu.
Kalau ada orang atau golongan yang sadar, memberitahu kerusakan moral, jenayah, perpecahan dan lain-lain lagi yang berlaku sekarang ini disebabkan kita sejak dahulu telah melanggar sunnatullah, mereka akan menolaknya. Bahkan marah dan bermusuh pula dengan orang itu. Mereka tidak boleh hendak mengaitkan gejala sosial yang berlaku, yang telah merosakkan masyarakat hari ini dengan kesalahan mereka menolak hukum atau sunnatullah itu.
Sebagai contoh, keruntuhan akhlak dan gejala tidak sihat yang berlaku di dalam masyarakat sekarang seperti budaya lepak, vandalisme, rompak, samun, rasuah, krisis rumah tangga dan sebagainya itu adalah akibat dari apa yang kita telah lakukan sejak puluhan tahun yang lalu. Ianya berlaku apabila sistem pendidikan tidak mengikut syariat Allah, sistem ekonomi berdasarkan kapitalisme, perlembagaan negara bertentangan dengan sunnatullah iaitu tidak mengikut Al Quran dan Hadis, masyarakat kita tidak dihalang daripada pergaulan bebas dan media massa yang tidak dikawal daripada memaparkan apa yang dilarang oleh Allah seperti memamerkan gambar-gambar lucah yang merangsang nafsu.
Jadi, gejala sosial yang berlaku adalah buah dari pokok yang sudah lama kita tanam.Oleh itu jelaslah kepada kita bahawa sunnatullah yang kedua ini jangan dilanggar. Kalau dilanggar tetap mendatangkan mudarat dan merusakkan masyarakat manusia. Setelah lama barulah terlihat kesannya. Sama ada sunnatullah yang pertama mahupun yang kedua, yang bersifat karhan mahupun yang bersifat tau'an, kalau dilanggar juga kita akan binasa. Hidup kita akan penuh dengan huru - hara. Masyarakat kita akan pincang. Kebahagiaan kita akan tercabar dan keharmonian kita akan hilang.
Justru itu didapati di dalam masyarakat kita berbagai-bagai kerusakan akhlak, krisis, bahkan bencana alam. Jangan lengah-lengah lagi. Muhasabah diri dan sistem yang kita bangunkan ada atau tidak pelanggaran sunnatullah itu. Kalau didapati ada pelanggaran segera kita perbaiki. kembali kepada hukum dan aturan yang telah Allaah Subhanahu wata'ala tetapkan, kemudian memohon ampun sebanyak-banyaknya kepada-Nya sebelum Allah Taala menimpakan balasan dan hukuman yang lebih berat lagi.
No comments:
Post a Comment